Dari Muhammad bin 'Umar al-Waqidi, ia berkata:Malik bin Aburrijal meriwayatkan kepadaku dari 'Amr bin 'Abdullah dari Muhammad bin Ka'b al-Qurazhi, ia berkata, "Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wasallam telah mengutus Dihyah bin Khalifah kepada Kaisar (raja Romawi ), lalu ia menceritakan maksud kedatangannya. Pada redaksi cerita itu terkandung betapa sempurna dan bijaknya akal raja Heraclius .Kemudian Raja Heraclius memanggil / mengundang orang yang ada di Syam dari kalangan pedagang (Arab), lalu didatangkanlah Abu Sufyan bin Shakhr bin Harb beserta teman - temannya.Kemudian raja Heraclius menanyakan kepada mereka tentang beberapa pertanyaan yang terkenal itu.
Saat itu,Abu Sufyan berusaha menyembunyikan hal tersebut dan menjadikannya sebagai peristiwa yang biasa.
Dalam penuturannya Abu Sufyan berkata, "Demi Allah, tidak ada yang menghalangiku untuk mengatakan atasnya sesuatu yang dapat menjatuhkan Muhammad di matanya, kecuali aku tidak ingin berdusta di hadapannya, yang mana dapat menyebabkan namaku tercoreng , lalu dia tidak akan percaya lagi kepadaku."Abu Sufyan melanjutkan :Sampai akhirnya aku teringat akan kisahnya (Muhammad ), ketika ia di-isra' dan di-Mi'raj-kan.Aku pun berkata, 'Wahai raja,sudikah aku kabarkan kepadamu tentang suatu berita yang engkau sendiri akan memastikannya sebagai sebuah kebohongan ?"
"Berita apa itu ?" raja bertanya.
Abu Sufyan berkata, "Sesungguhnya dia mengaku kepada kami bahwa di telah keluar dari tanah kami, tanah Haram (suci ) pada suatu malam, lalu ia tiba di masjid kamu ini, yakni masjid Iliya. Kemudian , pada malam itu juga, dia kembali ke tengah-tengah kami sebelum tiba waktu shubuh."
Sementara itu,komandan pasukan Iliya yang sedang berada di samping Kaisar berkata, "Aku tahu kapan malam itu."
Sambil memandang kepadanya, Kaisar berkata, "Apa yang kamu ketahui tentang peristiwa itu ?"
Komandan pasukan Iliya berkata, "Sesungguhnya aku tidak tidur di malam hari sebelum mengunci pintu-pintu masjid. Namun, di malam itu,semua pintu masjid telah aku kunci, kecuali satu yang tidak dapat aku tutup. Maka aku meminta bantuan kepada semua bawahanku serta orang yang ada di sana untuk menutupnya,namun kami tetap tidak dapat menggerakkannya, seakan - akan kami seperti menggeser gunung. Lalu aku panggil para ahli bangunan. Setelah memeriksanya mereka mengatakan, "Pintu ini telah di jatuhi nijaf (bangunan yang ada di atas pintu) dan kami tidak dapat menggesernya, kecuali bila pagi telah tiba,karena kami harus melihat terlebih dahulu dimana kerusakannya."
Komandan melanjutkan penuturannya, "Maka aku pun pulang dan membiarkan dua pintu itu terbuka. Keesokan harinya aku pergi untuk melihat kembali kedua pintu itu,ternyata batu yang ada di sebelah masjid telah berlubang dan di situ aku menemukan bekas tempat mengikat tunggangan. Aku berkata kepada teman - temanku, 'Hanya untuk seorang Nabi-lah pintu ini tadi malam tidak dapat ditutup, dan Nabi itu tadi malam telah shalat di masjid kita ini." (Lalu ia menyebutkan kisah selanjutnya dari cerita ini )
( Dalaa-ilun Nubuwwah [Al-Hafizh Abu al- Ashbahani ] )
No comments:
Post a Comment